Oleh:
Dr. Ali Anwar, M.Pd.I
(Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan)
Pesantren Ngalah, adalah pondok pesantren yang berada di Kembangkuning Wonosari Pasuruan Jawa Timur. Pesantren asuhan KH. Sholeh Bahruddin Kalam, yang berdiri tahun 1985 dan memiliki sekitar 6000 santri putra-putri, memiliki keunikan tersendiri.
Keunikan Pesantren Ngalah bercirikan terbuka dan toleran. Keterbukaan dan toleransi yang dibangun bermuara pada gambaran menguatkan keragaman kehidupan berbangsa dan bernegara (Indonesia).
Melalui lembaga pendidikan yang bangunnya, mulai dari PAUD, RA, MI, MTs, SMP, SMA, MA, SMK, terutama melalui Perguruan Tinggi (Yudharta) yang didirikannya, mengembangkan dan melahirkan kerjasama perdamaian dengan seluruh agama yang ada di Indonesia.
Kerjasa perdamaian dunia antara agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik, dan Kong Hu Chu), yang ditandatangani para tokoh agama masing-masing, dan disaksikan oleh para konsulat dari berbagai negara yang ada di Indonesia, dan pihak jajaran keamanan Indonesia.
Bukti kerjasama perdamaian dunia antar agama, terpampang di prasasti yang tertempel di tembok ruang depan rektorat Universitas Yudharta. Termasuk nama perguruan tinggi Yudharta yang berdiri di tengah Pesantren ini juga menggambarkan keterbukaan. Dikuatkan tagline yang digunakan adalah The Multicultural Univercity.
Organisasi ekstra Mahasiswa, yang berdiri hanya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). PMII jelas berafiliasi ke Nahdlatul Ulama (NU), dan GMNI jelas berafiliasi ke nasionalisme ajaran Bung Karno. Selain kedua organisasi ekstra tersebut tidak saya ketahui. Kelihatannya tidak ada.
Saat saya berjalan-jalan mengitari blok-blok komplek (tempat tinggal santri) dan blok-blok lembaga-lembaga pendidikan, saya menemukan prasasti bangunan agak besar yang bertuliskan NKRI Harga Mati. Prasasti berdiri di halaman kantor dan lokal pendidikan Madrasah Diniyah Salafiyah. Dan gedung pertemuan megah diarea kampus yang saya temui, diberi nama gedung NKRI.
Sedangkan tamu yang berkunjung ke pesantren, bukan saja dari kalangan muslim saja, layaknya pondok pesantren umumnya. Tapi yang hadir ke pesantren adalah dari berbagai agama dan negara. Lintas agama dan lintas negara.
KH Sholeh Bahruddin Kalam, pendiri pesantren Ngalah memiliki banyak guru, terutama ayah, kakek, paman, dan ulama-ulama sepuh lainnya. Dari sekian banyak guru beliau, salah satu gurunya adalah KH. M. Munawir Musthofa Tegalarum Pelem Kertosono Nganjuk. Salah satu mursyid thoriqot. Kiai Munawir Kertosono Nganjuk adalah yang merekomendasikan pendirian Pesantren yang diberi nama “Pesantren Ngalah’.
Nganjuk 28 September 2019
Catatan selama nyantri dua hari saat mengikuti Workshop dan Pelatihan Islam Nusantara Research and metodology di Pesantren Ngalah.
Tinggalkan Komentar